Selasa, 30 April 2013

Cara Pandangqu “ANALISA BIAYA MODAL TERHADAP KEPUTUSAN HUTANG”


“ANALISA BIAYA MODAL TERHADAP KEPUTUSAN HUTANG”
Aris Nurdiyanto

PENDAHULUAN

Secara umum kita selalu meyakini bahwa setiap usaha manusia adalah untuk peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Begitu pula bagi suatu organisasi dalam bentuk perusahaan, dalam menjalankan usahanya memiliki suatu tujuan dan pastinya ingin mendapatkan keuntungan atau profit. Salah satu nilai keuntungan akan di peroleh apabila melakukan investasi. Memang resiko invetasi adalah untung atau rugi. Tetapi hal itu perlu dilakukan untuk mendapat kepastian pengembangan bisnis. Artinya keberanian mengambil keputusan itu yang menjadi nilai lebih untuk mendapatkan keuntungan yang sepadan.
Dalam berinvestasi, suatu perusahaan tentu memerlukan sumber modal. Untuk  mendapatkan sumber modal  tersebut dapat diperoleh  dari  modal  sendiri  maupun dari  modal  pinjaman  (utang). Adapun resiko dari peminjaman adalah muncul bunga pinjaman. Tetapi keuntungan pinjaman adalah kita akan mendapatkan potongan pajak. Inilah yang saya rasa cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Umumnya pilihan meminjam adalah menjadi prioritas bagi perusahaan khususnya yang berkembang. Bagaimanapun untuk investasi yang lebih besar  memerlukan tambahan modal pinjaman. Tujuannya tentu untuk  memperluas jaringan usaha. Tetapi untuk  memperoleh modal  tersebut mengeluarkan  biaya,  biaya  tersebut yaitu  biaya  modal  yang  harus ditanggung oleh  perusahaan sebagai  konsekuensi  dari  perolehan  modal  baik  itu  modal  sendiri  maupun modal pinjaman. Umumnya kebutuhan modal dipengaruhi modal yang  berasal dari pinjaman dan  modal sendiri, serta  biaya modal yang  diperoleh untuk  investasi dari biaya bunga dan penerimaan bersih.
Bahkan secara perhitungan ekonomi ada alat  ukur  untuk  mengetahui  seberapa besar perbandingan  antara utang   dengan modal  sendiri  yang   digunakan  untuk   menghasilkan  biaya  modal (rasio leverage).  Intinya jika   biaya  bunga  dari pengembalian  utang   bisa  dilunasi  dan   penerimaan  bersih   yang   diterima lebih tinggi , maka   bisa menutupi biaya modal yang  telah dikeluarkan untuk investasi. Atau dalam istilah lain jika rasio  leverage semakin meningkat, mengakibatkan biaya modal yang  gunakan untuk investasi meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut MP. Tampubolon (2008), Modal adalah dana yang digunakan untuk membiyai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimumkan.
2.   Keputusan penggagaran modal (capital budgetting) memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal.
3.   Keputusam-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal.

Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal (Weighted Cost of Capital atau WACC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable) tidak diperhitungkan dalam perhitungan WACC. Hutang wesel (notes payable) ata hutang jangka pendek yang berbunga (Short-term Interest-bearing debt) dimasukkan dalam perhitungan WACC hanya jika hutang tersebut merupakan bagian dari pembelanjaan tetap perusahaan bukan merupakan pembelanjaan sementara.
Pada umumnya hutang jangka panjang dari modal sendiri merupakan unsur untuk menghitung WACC. Dengan demikian kita harus menghitung:
1)      Biaya Hutang (cost of debt),
2)      Biaya laba ditahan (cost of retained earning),
3)      Biaya saham Biasa Baru (cost of new common stock), dan
4) Biaya Saham Preferen (cost of preferred stock). Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis) karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relefan untuk keputusan investasi.
Biaya modal adalah tingkat pendapatan minimum yang di persyaratkan pemilik modal (I Made Sudana; 2011). Sedangkan menurut Warsono (2002) bahwa biaya modal dapat di definisikan sebagai biaya peluang atas penggunaan dana investasi untuk di incestasikan dalam proyek – proyek baru. Menurut Sutrisno (2001) biaya modal hádala semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh preusan dalam rangka mendapatkan sumber dana. Dimana biaya yang dikeluarkan ini bisa bersifat eksplisit seperti biaya bunga atau implisit yang akan keluar dimasa datang seperti obligasi.
Biaya modal sebuah preusan bertidak sebagai penghubung antara keputusan pembiayaan dan invetasinya. Istilah biaya modal sering digunakan yang dapat dipertukarkan dengan tingkat pengembalian yang diinginkan perusahaan, tingkat batas investasi baru, tingkat diskonto untuk mengevaluasi suatu perusahaan baru, dan biaya peluang pendanaan perusahaan. Tetapi konsep dasarnya tetap sama, yaitu biaya modal adalah tingkat yang harus di dapat pada sebuah proyek investasi baru jika proyek tersebut dimaksutkan untuk meningkatkan nilai investasi pemegang saham. (Keown, dkk; 2010).

Faktor-Faktor Yang Menentukan Biaya Modal
Menurut Warsono (2002), besar kecilnya biaya modal baik untuk perusahaan atau proyek khusus di pengaruhi oleh beberapa factor. Faktor penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain:
a. Keadaan-keadaan umum perekonomian. Kondisi ekonomi secara makro seperti tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi sangat mempengaruhi biaya modal. Faktor ini juga menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
b.  Kondisi pasar (Daya jual saham suatu perusahaan). Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
c. Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen. Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula.
d. Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan.

Asumsi-Asumsi Model Biaya Modal
Masih menurut Warsono (2002) sebagai suatu konsep keuangan maka terdapat asumsi-asumsi dalam model biaya modal, diantaranya:
1)      Risiko bisnis bersifat konstan.
Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan kebijakan manajemen investasi. Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
2)      Risiko keuangan bersifat konstan.
Risiko keuangan didefinisikan sebagai peningkatan variasi return atas saham umum karena bertambahnya pemanfaatan sumber pemiayaan hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber individual merupakan fungsi dari struktur keuangan berjalan.
3)      Kebijakan dividen bersifat konstan.
Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan.

Biaya Hutang
Biaya hutang yang ditanggung perusahaan karena menggunakan sumber dana yang bersala dari hutang Sutrisno (2001). Senada dengan hal tersebut menurut Keown, dkk (2010) menyebutkan bahwa biaya utang adalah tingkat pengembalian yang diharapan investor atas hutang yang merupakan pengembalian yang dituntut oleh kreditor ketika memeinjamkan uang lepada perusahaan.
Menurut Tampubolon (2008), dapat didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari suatau investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan Kd atau Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
Harga obligasi = I (PVIFA, kd, n) + M (PVIF, kd,n)
Biaya hutang ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost). Dalam menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (after-tax cost debt).
Biaya hutang sesudah pajak = Biaya hutang sebelum pajak x (1 – tingkat pajak)

Biaya Laba Ditahan
Biaya laba ditahan adalah sama dengan Ks atau Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Ada 3 cara untuk menghitung Ks yaitu:

1.      Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).
Ks = Bunga bebas resiko + premi resiko
Ks = krf + (kM – krf) . bi
dimana:
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan i,
krf = bunga bebas resiko,
kM = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar/index pasar,
bi   = beta (ukuran risiko sistematis) saham perusahaan i

2.      Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) model.

  Po  = D1 /(1+Ks)1 + D2/ (1+Ks)2 +….+ Dn/ (1+Ks)n
Jika dividen bertumbuh secara konstan, kita gunakan Gordon Model:
Po=D1/(Ks – g)
Maka :
Ks=(D1/Po) + g

dimana:
D1 = dividen akhir periode
Po = harga saham pada wal periode
g    = tingkat pertumbuhan dividen

3.      Pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk Premium
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi risiko

Membeli saham biasa pada umumnya lebih berisiko daripada membeli obligasi yang memberikan penghasilan yang tetap dan relatif pasti. Oleh karena itu investor yang membeli saham biasa mengharapkan suatu premi risiko diatas tingkat keuntungan obligasi. Premi risiko ini besarnya tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi perekonomian.
  
Biaya Saham Biasa Baru
Biaya saham biasa baru atau external equity capital (Ke) lebih tinggi dari biaya laba ditahan (Ks) karena penjualan saham baru memerlukan biaya peluncuran/emisi saham atau flotation cost. Flotation cost akan mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
Gordon model dengan memperhitungkan flotation cost:
Po (1-F) = D1/(Ke – g)
maka:
            Ke=(D1/Po (1-F)) + g
dimana
Ke       = biaya saham biasa baru
Po        = harga jual saham
F          = flotation cost
D1       = dividen saham pada t = 1
Flotation cost adjustment = DCF Ke - DCF Ks
g          = dividend growth
Perlu diketahui bahwa untuk menaksir Ke hanya menggunakan 1 metoda yakni discounted cash flow sedangkan untuk menghitung Ks digunakn 3 metoda. Tapi Ke dapat dihitung pula dengan metoda CAPM dan Bond-Yield-plus-Risk premium dengan menggunakan rumus :

Ke = Ks + flotation cost adjustment

Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham preferen atau Kp.
Kp = Dp / Pn
Dimana :
Kp       = biaya saham preferen
Dp       = dividen saham preferen tahunan
Pn        = harga saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit  (setelah dikurangi biaya peluncuran saham atau flotation cost)

Weighted Average Cost Of Capital
Setelah membahas komponen mopdal secara individu baru menghitung biaya modal secara keseluruhan yaitu menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan rumus:

WACC = Ka = wd.Kd (1-T) + wp.Kp + Ws (Ks atau Ke)
dimana
WACC= biaya modal rata-rata tertimbang
wd       = persentase hutang dari modal
wp       = persentase saham preferen dari modal
Ws       = persentase saham biasa atau laba ditahan dari modal
Kd       = biaya hutang
Kp       = biaya saham preferen
Ks        = biaya laba ditahan
Ke       = biaya saham biasa baru
T          = pajak (dalam persentase)
Wd, Wp, Ws didasarkan pada sasaran struktur modal (capital structure) perusahaan yang dihitung dengan nilai pasarnya (market value). Setiap perusahaan harus memiliki suatu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal sehingga dapat memaksimumkan harga saham.

Skedul Marginal Cost Of Capital
Marginal Cost of Capital (MCC) adalah biaya memperoleh rupiah tambahan sebagai modal baru. Pada umumnya, biaya marjinal modal akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan modal. Titik dimana MCC naik tersebut disebut Break Point.
Break point = jumlah laba ditahan bagian modal sendiri dalam struktur modal Skedul MCC dengan depresiasi
Selain saham biasa baru dan laba ditahan, perusahaan dapat pula memanfaatkan depresiasi. Depresiasi biasanya ditunjukkan untuk mengganti aktiva yang telah habis usianya. Tapi bagi perusahaan depresiasi ini merpakan arus kas yang dapat dipergunakan untuk investasi pada aktiva perusahaan (reinvesment). Dengan demikian, depresiasi dapat memperpanjang break point atau menunda kenaikan WACC. Biaya penggunaan dari depresiasi (cost of depreciation) adalah sebesar WACC sebelum perusahaaan menggunakan dana yang berasal dari emisi saham baru.


PEMBAHASAN MATERI

Dari cara pandang saya terhadap analisa atau bahasan topik yang ada di perusahaan bersumber dari majalah ekonomi. Berikut kami sampaikan kutipan materi yang saya gunakan menjadi bahan belajar dan analisa.


Semen Gresik Rencanakan Pinjaman untuk Kurangi Biaya Modal - Anta...    http://www.antaranews.com/berita/1190891610/semen-gresik-rencanakan...

Semen Gresik Rencanakan Pinjaman untuk Kurangi
Biaya Modal

Kamis, 27 September 2007 18:13 WIB | 469 Views


Jakarta (ANTARA News) - Manajemen PT Semen Gresik Tbk (SMGR) merencanakan melakukan pinjaman meski saat ini perseroan mengaku kelebihan likuiditas yang akan digunakan menekan biaya modal yang saat ini cukup tinggi.

"Kalau kita tidak melakukan pinjaman maka biaya modal yang menjadi beban perseroan sekitar 15 persen. Namun kalau perseroan melakukan pinjaman biaya modalnya akan berkurang. Kata Direktur Keuangan SMGR, Cholil Hasan, di Jakarta, Kamis.

Cholil mengatakan, perseroan membutuhkan pinjaman untuk ekspansi dan pengembangan usaha serta untuk mengurangi biaya modalnya.

Dia menambahkan dana pinjaman yang dibutuhkan sampai 2009 yakni sekitar 1,3 miliar dolar AS. "Untuk tahap pertama (tahun depan) mungkin kita butuh sekitar 200 juta dolar AS sampai 250 juta dolar AS," ujarnya.

Menurutnya bagi perseroan sangat mudah untuk mencari pinjaman sebesar 2 miliar dolar AS. Artinya pinjaman sebesar 2 miliar dolar ini tidak akan membebani cash flow perseroan dan mengganggu operasi perseroan..

"Saat ini rasio utang terhadap ekuitas (DER) perseroan turun dari 11,7 kali menjadi 2,1 kali," kata Cholil.
Sementara itu, sepanjang semester pertama 2007 perseroan mencetak laba bersih Rp 700 miliar atau naik 9,4 persen dibandingkan periode sama sebelumnya. Sedangkan nilai penjualannya naik 8,4 persen menjadi Rp 4,4 triliun.

Direktur Utama SMGR, Dwi Soetjipto, mengatakan bahwa target penjualan sampai akhir 2007 diperkirakan naik 8 persen dibandingkan 2006.

Dwi mengemukakan, perseroan saat ini fokus pada efisiensi operasi. Hal ini ditunjukan dari besaran harga pokok penjualan (COGS) yang dapat diperlihara seperti tahun lalu yakni Rp 337.900 per ton.

Menurut dia, sepanjang semester I/2007 pertumbuhan industri semen nasional rata-rata naiki 7,2 persen dari 14,6 juta ton menjadi 15,6 juta ton. Peningkatan konsumsi semen tersebut justeru terjadi di luar pulau Jawa yakni sekitar 12-16 persen, bahkan di Kalimantan konsumsi semen naik 22,3 persen.

"Dengan kondisi tersebut SMGR masih mendominasi pasar domestik dengan pangsa pasar 45,6 persen," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RHS
COPYRIGHT © 2007
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Memperhatikan uraian berita di atas, setidaknya ada 2 hal yang menarik. Pertama adalah sebenarnya perusahaan kelebihan likuditas. Yang kedua perusahaan memiliki biaya modal yang tinggi. Selanjutnya keputusan yang diambil adalah melakukan pinjaman dengan maksut mengurangi beban biaya modal. Artinya adalah perusahaan berusaha mengurangi beban biaya modal dengan tetap meningkatkan proyek atau pengembangan usaha. Pertanyaanya adalah kenapa beban biaya modal yang harus di kurangi ?
Sesuai pengertian dalam manajemen keuangan, Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan. Artinya jika beban biaya modal menjadi kecil setidaknya akan membantu mengurangi beban keuangan untuk operasional. Harapannya adalah tingkat pendapatan atau selisih pendapatan akan lebih baik.
Secara umum tentu arahnya adalah terhadap profit atau keuntungan. Tetapi juga perlu di pahami bahwa dibutuhkan pendanaan untuk memperoleh maupun meningkatkan keuntungan itu sendiri. Umumnya ada dua cara  utama yang dapat  dilakukan perusahaan untuk  menaikkan modal yakni melalui utang  atau  ekuitas. Ekuitas mewakili kepemilikan. Investor yang tertarik diberikan ganti rugi berupa klaim atas  laba perusahaan di masa  depan. Namun,  perusahaan tidak menjamin pelunasan investasi yang telah digelontorkan. Dalam kasus diatas pilihan adalah dengan utang. Kelemahan dari sistem utang adalah harus dibayar (kewajiban bayar).  Oleh sebab  itu, hal ini akan  memunculkan yang namanya resiko. Pertanyaan lebih lanjut adalah kenapa cara mengurangi beban biaya modal dengan hutang ?
Seperti diketahui bahwa terdapat keuntungan dan resiko dari hutang atau dampak positif dan negatif, diantaranya adalah sebagai berikut :
Dampak positif
1. Akan mendisplinkan manajemen untuk mengelola arus kas perusahaan dan akan mengurangi biaya keagenan.
2.   Tingkat hutang digunakan sebagai sinyal pada investor tentang nilai perusahaan di masa datang
3.    Pembayaran bunga menjadi alat untuk mengendalikan manajemen terhadap penggunaan free cash flows yang tidak perlu.
Dampak negatif
1.      Akan memunculkan resiko bangkrut / resiko keuangan.
2.      Peningkatan financial distress dan biaya likuidasi
3.      Hutang yang tinggi akan memungkinkan perusahaan dilakukan Leverage Buy Out
Tetapi keuntungan utama dari hutang adalah adanya efek perlindungan pajak dan biaya keagenan.
Seperti dalam pendahuluan, saya sebutkan bahwa ketika hutang memang resikonya adalah mengembalikan. Tetapi pengembalian tersebut akan sepadan dengan nilai investasi. Tetapi yang menguntungkan adalah dengan utang maka beban pajak akan jauh berkurang. Karena semakin tinggi nilai hutang maka akan mengurangi tingkat pajak. Sehingga keputusan untuk hutang tersebut saya fikir tidak buruk. Namun demikian perlu dijadikan pertimbangan agar keputusan hutang tersebut dapat lebih maximal maka beberapa pertimbangan sebelum melakukan hutang adalah sebagai berikut :
  • Tinjau ulang formula rasio utang. Rasio utang  adalah utang  yang dibagi dengan aset; yaitu bagian utang  perusahaan dibandingkan aset.
  • Identifikasi barang-barang dan nilai-nilai jenis utang. Utang merupakan kewajiban terhadap perusahaan.
  • Identifikasi nilai-nilai dan barang-barang jenis aset. Aset dimiliki oleh perusahaan.
  • Hitunglah rasio utang  dan aset  dengan membagi keseluruhan utang  dengan keseluruhan aset.
  • Terjemahkan rasio utang. Rasio utang  yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa sebuah perusahaan memiliki lebih banyak  utang  daripada aset. Sehingga untuk mengurangi rasio utang, perusahaan harus  mengurangi utangnya dan/ atau menambah asetnya.
  • Kurangi rasio utang. Cara paling lazim yang ditempuh perusahaan untuk mengurangi rasio utang mengurangi barang-barang jenis utang  dan/ atau menambah barang-barang jenis aset  ialah dengan menerbitkan saham untuk menaikkan kas tanpa disertai kewajiban atas  utang.

Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis modal. Artinya jika kita utang maka sudah dapat dihitung berapa biaya yang dikeluarkan terkait hutang tersebut. Tetapi umumnya bukan hanya sumber hutang saja perusahaan tersebut menghimpun modal. Bahkan dalam kasus diatas dimungkinkan ada sumber modal lain. Sehingga jika memang ada sumber modal lain maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan.
Apabila di cermati lagi manajemen Manajemen PT Semen Gresik Tbk (SMGR) memustuskan untuk hutang tentunya telah dengan perhitungan matang. Logika sederhana yang saya pakai adalah manajemen ingin meningkatkan profitabilitas perusahaan tinggi. Artinya keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang diperhitungkan mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. Ketika manajemen menggunakan hutang, jelas biaya modal sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur (pemberi kredit). Tetapi konsekuensi logis untuk jangka panjang justru akan menguntungkan. Hal ini tentu terkait dengan pajak dan juga operasional yang dilakukan oleh manajemen. Sehingga wajar jika kemudian selalu menekankan pada efisiensi biaya operasional sebagai salah satu alternatif.
Keberanian mengambil keputusan sangat penting, seperti halnya yang dilakukan manajemen PT Semen Gresik Tbk (SMGR). Saya meyakini bahwa sebelumnya telah dilakukan analisis struktur modal, karena analisis kebijakan struktur modal tersebut membantu perusahaan untuk menentukan suatu pilihan pendanaan yang paling baik digunakan dalam mengambil suatu keputusan misalnya akan menggunakan pendanaan ekuitas atau hutang. Tetapi akhirnya di putuskan untuk hutang oleh Manajemen. Keputusan struktur modal menurut Brigham & Houston (2011) secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Keputusan struktur modal yang diambil oleh perusahaan tersebut tidak saja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan tetapi juga berpengaruh terhadaprisiko keuangan yang dihadapi perusahaan
Konsep secara umum yang saya ketahui adalah ketika dengan adanya penggunaan utang yang bertambah besar maka modal sendiri juga akan bertambah besar, maka resiko perusahaan juga akan bertambah. Dan ketika utang perusahaan semakin kecil, maka biaya modal juga semakin kecil dan resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan semakin kecil. Penggunaan utang meningkatkan resiko perusahaan, tetapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan. Hanya dengan struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan resiko dan keuntungan perusahaan itu sendiri.

Mengutip kalimat "Saat ini rasio utang terhadap ekuitas (DER) perseroan turun dari 11,7 kali menjadi 2,1 kali," kata Cholil. Artinya dengan perbandingan tersebut menunjukkan perusahaan memiliki rasio leverage yang sehat, hal tersebut dapat di ketahui bahwa dengan mempertahankan modal  sendiri  berada diatas  modal  pinjaman atau utang maka hal tersebut cermin perusahaan sehat. Sehingga tidak berisiko tinggi bagi perusahaan khususnya risiko keuangannya. Hal yang mungkin terjadi adalah resiko operasional, oleh karena itu wajar jika manajemen PT Semen Gresik Tbk (SMGR) kemudian mempunyai semangat untuk meminimalisasikan pengeluaran operasional.

Memperhatikan laba yang diterima oleh PT Semen Gresik Tbk (SMGR) periode tersebut diatas menunjukkan bahwa investasi sangat menjanjikan atau menigkat. Sehingga keputusan untuk hutang sangat tepat. Sebagaimana kita ketahui bahwa agar perusahaan memiliki biaya modal yang baik, pada saat kondisi biaya modal yang digunakan  untuk  investasinya  rendah. Karena  suatu investasi  dikatakan  meningkat  jika pengembalian  investasinya  tinggi.  Dengan kata  lain  biaya  bunga dari  utangnya  bisa dilunasi  kepada kreditor  dan  penerimaan  bersih   yang  terima  PT Semen Gresik Tbk (SMGR) tinggi. Sehingga dapat menutupi biaya modal yang dikeluarkan untuk investasi.

Masih terkait dengan poin perbandingan rasio utang terhadap ekuitas PT Semen Gresik Tbk (SMGR). Rasio   leverage  yang   dihitung  menggunakan  debt   to  equity  ratio sebagai perbandingan antara modal sendiri dan  modal pinjaman dimana modal pinjaman masih   berada   diatas   modal   sendiri.   Artinya    rasio    leverage   tersebut dipergunkan untuk  membiayai aktiva perusahaan. Kenaikan dan  penurunan pada modal pinjaman  seharusnya   diimbangi  oleh  kenaikan  dan   penurunan  pada  modal  sendiri.  Kondisi  debt   to  equity  ratio  (DER)  yang   baik  itu  pada  saat  terjadi penurunan karena penggunaan utang  sedikit dibandingkan modal sendirinya. Sehingga resiko yang dihadapi tidak terlalu besar untuk mengembalikan modal pinjaman tersebut.

Berdasarkan analisa diatas,  utang  adalah modal yang  berupa pinjaman dari pihak luar perusahaan yang  mengharuskan perusahaan untuk memberikan  kompensasi  berupa  bunga  dan   pada  saatnya  harus  dibayar  kembali.  Modal pinjaman atau  utang  tersebut digunakan untuk  membiayai aktiva perusahaan yang  dapat diukur menggunakan rasio  leverage. Menurut  Eugene F. Brigham dan  Joel F. Houston pengertian rasio leverage adalah: Sampai sejauh mana sekuritas dengan pendapatan tetap  (utang  dan  saham preferen) digunakan dalam struktur  modal perusahaan (2011).

Sedangkan menurut Manahan P.Tampubolon rasio  leverage adalah: Merupakan alat untuk  mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang  besifat tetap  (2008:154). Dengan demikian rasio  leverage  merupakan rasio  yang mengukur berapa  besar  sekuritas  dengan pendapatan tetap   yang   digunakan  dalam  struktur modal perusahaan dan  digunakan untuk  mengukur kemampuan perusahaan  untuk  membayar seluruh  kewajibannya.  Sedangkan untuk  mendapatkan biaya  modal  yang  dilihat  pada laporan laba rugi dipengaruhi oleh biaya bunga dan  penerimaan bersih. Biaya bunga merupakan biaya yang   dikeluarkan  perusahaan  untuk   diberikan  kepada  pemegang  obligasi  yang   besarnya ditentukan  oleh  pihak  perusahaan pada saat  jatuh  tempo. Penerimaan  bersih  merupakan laba dari selisih antara laba kotor dengan total biaya operasi dan  biaya bunga. Dimana jumlah biaya operasi ada  hubungannya dengan investasi modal serta selisih merupakan faktor penting untuk menilai efisiensi manajemen untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan.

 KESIMPULAN

Selain nilai invetasi yang akan di kembangkan untuk meningkatkan laba, cara lain adalah dengan menekan tingkat operasional perusahaan. Dengan demikian efiensi akan tercipta. Selain sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap biaya modal, operasional adalah faktor penting dari efisiensi pembiayaan / keuangan secara menyeluruh. Disinilah kesehatan perusahaan dari segi operasional juga di nilai dalam meyelaraskan dengan keinginan investasi yang lebih besar.

Biaya modal dan hutang merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba dan efektivitas penggunaan dan ainvestasi yang diperoleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapa tmenghasilkan laba investasi, maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi.

Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah yaitu biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham, sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).

Menurut saya keputusan Manajemen PT Semen Gresik Tbk (SMGR) untuk hutang saya rasa cukup tepat. Artinya biaya modal akan lebih rendah, sedangkan invetasi akan semakin besar. Tidak perlu dikahawatirkan karena laba sudah dapat di perhitungkan dan ada kenaikan yang baik. Yang perlu diperhatikan adalah biaya operasional karena kebanyakan permintaan dari luar pulau adalah yang terbesar. Artinya operasional juga di khawatirkan akan besar pula. Adapun terkait hutang sepanjang nilai investasi tersebut menghasilkan tingkat laba yang di inginkan maka aman. Artinya keberadaan beban hutang dapat di pertanggung jawabkan karena hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, sebab bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan, bahkan beberapa teori mengatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
DAFTAR PUSTAKA

Bringham, E. F,, & Houston, J.F., 2011. Dasar – dasar Manajemen Keuangan, jilid 2, edisi 11. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Helfert, E.A., 1991. Analisis Laporan Keuangan, edisi ketujuh. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Keown, J.A., & Martin, J.D., & Petty, J.W., & Scott, D.F., 2010. Manajemen Keuangan, edisi 11. PT Indeks, Jakarta.

Sudana, I. M., 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. ”Teori dan Praktik”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sutrisno., 2001. Manajemen Keuangan. ”Teori, Konsep dan Aplikasi”, Penerbit Ekonisia, yogyakarta.

Tampubolon, M.P., 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Warsono., 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1, Penerbit UMM Press, Malang.